Rabu, 12 Juni 2013

Ada Rasa dalam Diam




Ada sepasang mata yang selalu sigap mengamatimu. Ada.
Mata yang selalu bergerak mengikuti setiap gerak gerikmu.
Mata yang selalu menangkap dan merekam setiap tindakkanmu.

Ada sepasang telinga yang selalu sigap mendengarkanmu. Ada.
Telinga yang selalu peka terhadap jenis suaramu.
Telinga yang selalu mengenali renyah tawamu.

Ada satu hati yang selalu menyimpan namamu. Ada.
Hati yang selalu berdebar tiap melihat gurat senyum dan tawamu.
Hati yang selalu sepi tiap kamu tak beredar di sekelilingku.

Aku. Aku yang punya sepasang mata itu.
Aku. Aku yang punya sepasang telinga itu.
Aku. Aku yang punya hati itu.

Itu aku...

Aku, si pengecut yang selalu sembunyi dibalik kepura-puraan.
Pura-pura tidak peduli, padahal...
Pura-pura tidak mau, padahal...
Pura-pura tidak suka, padahal...

Ya, aku hanya dapat berpura-pura, bersembunyi.
Entah sampai kapan, entah.
Karena aku tahu, kau semesta dan aku sebagian kecil yang bernaung dibawahnya.
Aku tak mungkin menyentuhmu, menyentuh hatimu.

Aku lelah, diam memendam rasa yang tiap hari kian jadi.
Aku lelah, menanti peleburan antara 'aku' dan 'kamu' yang tak kunjung jadi 'kita'.
Aku lelah, bermimpi meski aku tidak tertidur.
Aku lelah, sungguh.

Bila diam adalah yang terbaik, biarlah.
Biar rasa ini berdiam, bersembunyi, bertahan dalam diam.
Hingga rasa ini bersambut, entah kapan.
Atau bahkan, terlelap dan terlupakan...

Sampai jumpa, sampai kita dipertemukan
Untuk kamu, dari hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar