Minggu, 09 Juni 2013

One Way We Met



Siang itu di stasiun, Joy melirik jam tangan mungilnya. Waktu sudah menunjukkan pukul 12.25 siang, itu tandanya ia sudah jauh tertinggal kereta ke Jakarta. Ia hanya dapat menghela napas panjang dan segera mencari tempat duduk terdekat, sekedar untuk mengistirahatkan kakinya yang telah lelah dipakainya berlari.

Drrrt.. Handphone milik Joy bergetar, tanda telepon masuk. Joy segera melihat layar handphone-nya, panggilan masuk dari Wim.

"Halo" Angkat Joy dengan nada sedikit malas. Ia tahu pasti kekasihnya akan memarahinya lagi sebab ia tak dapat datang tepat waktu.

"Halo, Joy? Kamu dimana? Kamu udah naik kereta?"

Joy Malas bila sudah diberondongi pertanyaan dari Wim. Ia pun mencoa untuk bersabar, "Aku di stasiun. Tadi aku ada janji sama dosen, jadi aku ketinggalan kereta. Maaf, ya."

"Apa? Joy, kamu ini kenapa sih? Selalu aja kamu nggak bisa diajak disiplin. Kamu tahu kan ini acara ulang tahun Mama ku? Ini acara penting, Joy. Kamu dengar?" Omel Wim. Suaranya yang meninggi sudah hampir memecahkan gendang telinga Joy.

"Iya, aku bakal datang. Tapi nggak sekarang, mungkin nanti malam."

"Apa? Nanti malam? Joy, dimana sih otakmu itu? Kalau sudah malam acara sudah selesai, untuk apa kamu datang? Lebih baik nggak usah, aku kecewa."

Mendengar pernyatan Wim, Joy mulai naik pitam. Ia sudah tak tahan lagi dengan segala keegoisan Wim. Bukan hanya sekali atau dua kali Wim seperti ini. Wim selalu membuatnya terkekang, tertekan, "Masih bagus gue mau dateng dan nyempetin pergi ke stasiun! Udah kita putus!"

Tut.. Joy segera memutuskan telepon dan memasukkan handphone kedalam sakunya dengan kasar. Ditutupnya wajahnya dengan telapak tangan. Tak sadar, air mata mengalir dari pelupuk matanya.

"Kamu nggak salah, tindakan kamu benar kok. Cowok seperti itu emang harus dikasih pelajaran." Tiba-tiba seseorang berbicara pada Joy. Suara perempuan.

Joy segera mengusap air matanya dan menoleh kerah seseorang yang mengajaknya bicara tadi. Ternyata benar, suara itu milik seorang gadis yang kira-kira seumuran dengannya. Gadis itu tersenyum kearah Joy. Gadis oriental dengan kulit putih yang terkesan pucat. Rambutnya sebahu dengan poni pendek menutupi keningnya. Mirip dengan boneka hidup.

"Tadi aku dengar pembicaraanmu di telepon. Maaf ya, tapi menurutku tindakanmu cerdas. Kalau aku jadi kamu, aku pasti akan melakukan hal yang sama." Kata gadis itu.

Joy menatap heran, tapi kemudian ia memberanikan diri untuk bertanya, "Kamu siapa?"

"Aku Chan, salam kenal Joy." Jawab gadis itu sambil tersenyum.

"Darimana kam tahu namaku?" Tanya Joy heran. Iya yakin ia belum pernah berkenalan dengan gadis yang bernama Chan itu.

"Dari seseorang. Kamu nggak perlu tahu siapa dia, dan kamu nggak perlu takut gitu sama aku." Jawab Chan sambil tertawa lembut.

"Oh, maaf. Jangan tersinggung, aku bukannya takut sama kamu. Cuma aku heran aja soalnya kita kan belum pernah kenal sebelumnya. Maaf ya."

"Nggak apa-apa kok, Joy. Aku maklum kok kalau kamu heran." Kata Chan sambil tersenyum, kemudian ia melanjutkan, "Joy, aku boleh minta tolong?"

"Minta tolong apa?" Tanya Joy.

"Menunggu seseorang." Jawab Chan yang kali ini ekspresinya berubah serius namun penuh harap. Joy yang menatapnya menjadi bingung.

"Maksudmu?" Tanya Joy.

Chan menghela napas pendek kemudian dengan senyum ia mulai menjelaskan, "Sebentar lagi aku akan pergi, aku mau menitipkan seseorang padamu. Dan aku minta tolong kamu untuk menunggunya."

Joy makin bingung. Ada apa ini? Siapa seseorang yang dia maksud?  Batin Joy. Seketika kesedihannya atas perlakuan Wim terlupakan. Ia terlalu sibuk menerka-nerka apa yang sedang terjadi padanya. Seorang gadis yang belum pernah ditemuinya tiba-tiba meminta tolong padanya. Menunggu seseorang? Itu sunguh tidak masuk akal.

"Itu orangnya, aku rasa kamu kenal." Tunjuk Chan kearah belakang Joy. Joy pun menoleh kearah yang ditunjuk Chan.

"Bima?" Tanya Joy.

Bima teman satu fakultas di kampus dengan Joy. Sebenarnya Joy menyimpan rasa terhadap lelaki berkulit sawo matang dan bertubuh tegap itu. Namun, ia hanya kagum sebab Bima adalah sosok yang selama ini diimpikannya, yang tak pernah ada di sosok Wim.

Chan hanya mengangguk pelan kemudian ia tersenyum. Namun diwajahnya tampak kesedihan yang ia coba tutupi.

Joy segera berjalan menghampiri Bima, "Bima!" Panggilnya.

Bima menoleh, ia pun segera menghampiri Joy, "Joy? Lo ngapain disini?" Tanya Bima heran.

"Bima, lo kenal di.." Suara Joy terputus, ia terkejut Chan sudah hilang dari tempat duduknya tadi.

"Kenal siapa, Joy? Lo kenapa?" Tanya Bima.

"Tadi disana ada cewek wajahnya oriental, rambutnya sebahu, ada poni, pake baju putih, duduk disana. Namanya Chan."

"Chan? Lo ketemu Chan?" Kali ini Bima yang terkejut.

"Iya, lo kenal dia?" Tanya Joy.

"Iya, gue kenal. Dia adik angkat gue, tapi nggak mungkin lo ketemu sama Chan. Dia udah meninggal kemarin pagi."

Joy tersentak. Lalu siapa yang di temuinya tadi?

Setelah mencari tempat duduk untuk bicara, Joy mulai menceritakan kejadian yang baru saja dialaminya, ketika Chan memintanya untuk menunggu Bima.

Bima memberikan sebuah foto kearah Joy. Foto Bima dengan seorang gadis yang benar-benar mirip dengan Chan.

"Chan meninggal akibat penyakit jantung yang udah dideritanya dari kecil. Gue sayang banget sama dia walaupun dia cuma adik angkat gue. Dia periang dan nggak pernahh mau nyerah walaupun dalam keadaan sakit." Cerita Bima, "Dibelakang foto itu ada tulisan dan alasan kenapa gue ada disini."

Joy segera membalik foto yang dipegangnya dan membaca tulisan yang tertera dibaliknya. Tertulis:

Kakak harus semangat, jangan takut buat ungkapin perasaan kakak. Semangat!^^

"Itu tulisan sekaligus pesan Chan buat gue. Dan gue tau lo ada di stasiun ini dari temen-temen deket lo. Dan gue kesini pengen ungkapin perasaan gue, Joy. Gue suka sama lo." Kata Bima tiba-tiba.

Joy terkejut. Semua terlalu datang terlalu cepat dan mengejutkan. Tiba-tiba ia melihat sosok Chan jauh dibelakang Bima. Ia melihat Chan tersenyum kemudian menghilang.

Joy membalas senyum Chan, kemudian ia berucap dalam hati, Terimakasih, selamat jalan...


-- Huahahaha entah ini termasuk cerita spoof atau bukan. Tapi menurut gue endingnya agak gimana gitu ya hihi^^v Oke, thank's for reading!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar